Selasa, 29 November 2022
Download Makalah Makna Budaya Hubungannya dengan Komunikasi Lintas Budaya
Minggu, 27 November 2022
Download Makalah Konflik dalam Komunikasi Bisnis Organisasi Berhubungan dengan Psikologi Industri dan Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan sosial. Meskipun komunikasi sering menimbulkan konflik sosial, namun dalam penyelesaianya pun tetap melalui proses komunikasi juga. Dalam setiap kehidupan sosial sering terjadi konflik sosial. Konflik senantiasa melekat pada setiap orang. Oleh karena itu konflik selalu terjadi, baik dalam lingkup kecil dan sederhana seperti keluarga, tetangga, teman sepermainan, kelompok orgnisasi atau instansi, maupun pada lingkup yang lebih besar seperti pada setiap komunitas, masyarakat, negara sampai pada hubungan internasional.
Sabtu, 12 November 2022
Daun Cirik Babi
Kamis, 10 November 2022
Channel Anda tidak Lagi Memenuhi Syarat untuk Monetisasi
- Revisi yang ditambahi bumbu humor atau analisis yang bukan karya asli Anda
- Klip dari konten orang lain sebagai bagian dari ulasan kritis
- Adegan suatu film yang sulih suaranya telah Anda ubah
- Cuplikan ulangan suatu pertandingan olah raga dimana anda menjelaskan tindakan salah satu pemain yang mengakibatkan kemenangan atau kekalahan
- Video reaksi berisi komentar Anda terhadap video aslinya
- Hasil edit rekaman video karya kreator lain yang telah Anda tambahi jalan cerita atau komentar
- Video singkat yang Anda kompilasi dari situs sosial media lain
- Koleksi lagu dari beragam artis ( meskipun anda telah mendapat izin dari mereka)
- Klip yang menampilkan berbagai moment acara favorit Anda yang di edit menjadi satu dengan sedikit atau tanpa narasi
- Konten yang diupload berkali kali oleh kreator lain
- Promosi konten orang lain ( meskipun anda telah mendapat izin dari mereka)
Rabu, 09 November 2022
Cara Membuat SIM Online Mudah dan Cepat
SIM adalah singkatan dari Surat Izin Mengemudi, di indonesia SIM merupakan identitas yang diberikan oleh Polri kepada seseorang sebagai tanda telah memenuhi syarat untuk mengemudi kendaraan dan mengerti serta patuh terhadap peraturan perundang - undangan lalu lintas.
Berikut ini adalah syarat - syarat untuk mengurus atau membuat SIM secara online tanpa harus mengantri di kantor kepolisian.
- Download Aplikasi Digital Korlantas Polri
- Selanjutnya pendaftaran akun dan verifikasi data
- Siapkan dokumen yang di minta
- Klik menu SIM dan pilih Pendaftaran SIM
- Isi data sesuai dengan data diri Anda
- Lakukan pembayaran biaya membuat SIM
- Selanjutnya ujian teori
- Jika lulus, pilih tanggal untuk mengikuti ujian lapangan di satpas yang sudah anda pilih
- SIM dapat diambil setelah lulus ujian praktek
- SIM A - Rp. 120.000
- SIM B - Rp. 120.000
- SIM B I - Rp. 120.000
- SIM C - Rp. 100.000
- SIM C I - Rp. 100.000
- SIM C II - Rp. 100.000
- SIM D - Rp. 50.000
- SIM D II - Rp. 50.000
- SIM Intetnasional - Rp. 250.000
Selasa, 08 November 2022
Makalah Komunikasi Bisnis Lintas Budaya dan Hubungannya Dengan Psikologi Industri dan Organisasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya. Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai komunikasi bisnis lintas budaya dan huungannya dengan psikologi industri dan organisasi
Komunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam dunia bisnis khususnya mereka yang berkecimpung di dunia bisnis berskala internasional untuk mencapai kesuksesan di tengah semakin kompetitifnya pasar di era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk itu, suatu perusahaan perlu mengembangkan strategi serta keterampilan dalam komunikasi bisnis. Tak jarang para manajer yang bekerja pada perusahaan internasional cenderung untuk mengabaikan hambatan tak kasat mata akibat adanya perbedaan budaya dalam komunikasi bisnis.
Budaya sebagai salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi juga berperan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hambatan-hambatan komunikasi terutama dalam komunikasi bisnis lintas budaya. Memahami perbedaan budaya adalah salah satu kerterampilan penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk berkembang dalam rangka memiliki keuntungan kompetitif dalam dunia bisnis berskala internasional. Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012) budaya berdampak pada berbagai aspek dalam komunikasi bisnis internasional, diantaranya berdampak pada kebijakan perdagangan bebas, lokalisasi dan standarisasi strategi keputusan, periklanan, efektivitas merek, hubungan bisnis, manajemen bisnis internasional, pemasaran internasional, negosiasi internasional, serta perilaku konsumen.
1.2 Tujuan
- Memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya
- Memahami budaya dan perbedaan budaya
- Memahami cara menghindari reaksi etnosentris
2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
A. Pengertian Komunikasi
Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses berbagi makna meliputi perilaku verbal dan nonverbal. Hakikat lain dari komunikasi adalah proses pernyataan manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu negara. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu yang sudah turun- temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.
Segala perilaku yang kita lakukan dapat disebut komunikasi jika hal tersebut melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Everett M. Rogers “komunikasi adalah proses hal mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku”. Dalam hal ini ditekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah tujuan untuk menyampaikan pesan, ide, atau gagasan kepada orang lain. Namun, sekalipun kita sedang sendiri tanpa ada orang lain yang berinteraksi dengan kita baik secara langsung maupun tidak langsung, kita masih bisa melakukan komunikasi yang disebut dengan komunikasi intrapersonal yaitu berkomunikasi dengan diri sendiri.
Dikutip dari pelbagai sumber, komunikasi memiliki beberapa definisi, yakni :
Komunikasi merupakan pertukaran pesan-pesan secara tertulis dan lisan melalui percakapan, atau bahkan melalui penggambaran yang imajiner.
- Komunikasi merupakan pembagian informasi atau pemberian hiburan melalui kata-kata secara lisan atau tertulis dengan metode lainnya.
- Komunikasi merupakan pengalihan informasi dari seorang kepada orang lain.
- Pertukaran makna antara individu dengan menggunakan sistem simbol yang sama.
- Komunikasi adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui suatu saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu.
- Komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, atau gaya, atau tampilan pribadi, atau hal lain di sekelilingnya yang memperjelas makna.
Pada dasarnya, komunikasi merupakan proses pernyataan, pertukaran, pengalihan dan pembagian informasi antar individu dimana ide, perasaan, gagasan, dan lain hal yang mengandung makna disampaikan melalui bahasa verbal maupun nonverbal.
Begitu pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan.
a. Unsur Komunikasi
DeVito memiliki model komunikasi yang unsur-unsur utama komunikasinya terdiri dari sepuluh komponen. Adapun komponen-komponen tersebut, yakni :
Source (sumber), adalah seseorang yang akan menyampaikan ide atau dia berkeinginan atau berhasrat menyampaikan pesan. Misalnya; Organisasi Siaran Columbia (CBS), Gedung Putih, dan seorang guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
- Encoding (sandi), adalah suatu proses menempatkan ide-ide ke dalam symbol.
Misalnya; I love you dapat memicu reaksi pada beberapa individu dengan simbol glove dan above atau lemon.
- Message (pesan), adalah suatu proses mengidentifikasi pemikiran sandi- encoded, kata kerja atau kata-kata sandi, dan akibat dari sasaran sandi tersebut.
- Channel (saluran), adalah berkenaan dengan cara menyampaikan pesan sandi secara teknis. Misalnya; melalui media cetak, elektronik, atau melalui gelombang lampu/cahaya dan gelombang suara/bunyi terhadap komunikasi secara face-to-face.
- Noise (bunyi), adalah secara teknis mengubah suatu pesan melalui sumber sandi. Misalnya; bunyi dapat memiliki berbagai bentuk seperti: melalui suara/bunyi radio, perasaan lelah atau lapar yang dapat mengganggu kita, dan yang berhubungan dengan bunyi kata.
- Receiver (penerima), adalah seseorang yang bertugas menerima pesan, baik pesan yang disampaikan itu datang dari seseorang tertentu atau dari seorang sumber komunikasi.
- Decoding (penerimaan respon sandi), adalah suatu proses yang berlawanan dengan sandi dan merupakan aktivitas proses yang benar benar menguraikan isi sandi/kode.
- Receiver response, adalah sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan yang ditugasi untuk menerima isi pesan yang disampaikannya. Respon dapat memberikan jarak dari beberapa reaksi atau tindakan yang tidak diinginkan dari sumber pesan.
- Feedback (umpan balik), adalah suatu hal yang berkenaan dengan penerima respon yang berkaitan dengan sumber pesan yang ditugasi untuk memahami makna dari sumber informasi tersebut. Umpan balik merupakan proses komunikasi interaktif atau proses komunikasi dua arah (two way communication).
- Context (konteks), adalah komponen komunikasi yang terakhir. Konteks dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang lazim terjadi dalam komunikasi dan dapat membantu mendefinisikan komunikasi tersebut.
Dari unsur-unsur yang telah disebutkan diatas, setiap unsurnya akan saling berkaitan satu sama lain dan memiliki peranan penting dalam membangun proses komunikasi.
b. Fungsi Komunikasi
Dalam kajian ilmu komunikasi banyak para ahli yang memiliki pendapatnya masing-masing terkait fungsi dari komunikasi itu sendiri, namun dalam penelitian ini penulis menggunakan pendapat dari Harold D.Laswell untuk menjelaskan fungsi- fungsi komunikasi secara lebih terperinci sebagai berikut :
- Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment)
- Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment)
- Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transmission of the social heritage)
Selain fungsi-fungsi di atas, komunikasi juga memiliki berbagai fungsi lain dalam kehidupan manusia. Komunikasi berfungsi menghubungkan antara berbagai komponen masyarakat, komunikasi juga dapat membuka peradaban manusia, komunikasi merupakan manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat, tanpa bisa dipungkiri lagi komunikasi berperan penting dalam sosialisasi nilai ke masyarakat, kemudian dengan adanya komunikasi seorang individu bisa menunjukkan jati diri kemanusiaannya.
B. Pengertian Budaya
Budaya sebagai salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi juga berperan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hambatan-hambatan komunikasi terutama dalam komunikasi bisnis lintas budaya. Memahami perbedaan budaya adalah salah satu keterampilan penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk berkembang dalam rangka memiliki keuntungan kompetitif dalam dunia bisnis berskala internasional. Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012) budaya berdampak pada berbagai aspek dalam komunikasi bisnis internasional, diantaranya berdampak pada kebijakan perdagangan bebas, lokalisasi dan standarisasi strategi keputusan, periklanan, efektivitas merek, hubungan bisnis, manajemen bisnis internasional, pemasaran internasional, negosiasi internasional, serta perilaku konsumen.
Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012), yang dimaksud dengan komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis antara konsumen atau antara konsumen yang berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa, agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup.
Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar, para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.
Berikut adalah beberapa pengertian tentang budaya menurut para ahli :
- Edward T. Hall, mendefinisikan budaya sebagai dasar dari proses komunikasi yang menciptakan iklim bagi studi komunikasi antar budaya dalam ranah komunikasi bukan ranah antropologi.
- P. Joint dan M. Warner (1996) mendefinisikan budaya sebagai sebuah pola yang diterima dari berbagai asumsi tentang bagaimana sebuah kumpulan orang seharusnya berpikir, bertindak, dan rasakan sebagaimana yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Geert Hofstede (1997) menyatakan bahwa terdapat dua macam budaya, yaitu budaya organisasi dan budaya bangsa yang memiliki perbedaan dalam tataran nilai serta praktis. Nilai diperoleh dari pengalaman kehidupan seperti keluarga dan sekolah di awal kehidupan seseorang. Ssedangkan praktis diperoleh dari pengalaman sosial misalnya bekerja. Dalam tingkatan organisasi, perbedaan budaya tampil sebagian besar dalam tataran praktis dibandingkan dengan nilai (He dan Liu, 2010 : 5)
a. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu :
- Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal atau resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga sekarang.
- Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
- Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkatan formal pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis, aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat.
b. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen utamanya, yaitu nilai-nilai, norma-norma, symbol-simbol, bahasa, dan pengetahuan. Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain; bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial. Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu :
- Budaya Material (material culture), dibedakan dalam dua bagian yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Sedangkan ekonomi dimaksudkan suatu cara orang menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
- Organisasi sosial (social institution), dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya.
- Sistem kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut.
- Estetika (aesthetics), nilai nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara efektif.
- Bahasa (language), adalah suatu cara yang digunakn seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui symbol-simbol tertentu kepada orang lain.
c. Ciri-Ciri Budaya
Budaya dan unsur-unsur di dalamnya terikat oleh waktu dan bukan kuantitas yang statis. Budaya pasti akan mengalami perubahan, seberapa lama pun perubahan tersebut. Bisa berubah secara cepat juga bisa secara lambat tergantung seberapa kuat budaya tersebut dan intensitas interaksinya dengan budaya lain. Semakin kuat budaya tersebut dan semakin jarang berinteraksi dengan budaya lain, maka perubahan tersebut akan terjadi dengan lambat. Begitu pula sebaliknya, semakin sering intensitas interaksi budaya tersebut dengan budaya lain maka semakin cepat perubahan tersebut terjadi. Lengkapnya, budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari.
- Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok, dan dari generasi ke generasi.
- Budaya berdasarkan simbol.
- Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu.
- Budaya bersifat selektif, mempresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.
- Berbagai unsur budaya saling berkaitan
- Etnosentrik (menganggap budaya sendiri yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain).
d. Perbedaan Budaya
Untuk memahami perbedaan budaya, berikut diulas secara singkat mengenai budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah, konsep wajah, serta dimensi-dimensi budaya (Jandt, 2009 : 399-401).
- Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah
Satu konsep yang sangat berguna untuk memahami perbedaan budaya dalam komunikasi bisnis adalah dengan konsep yang dikenalkan oleh Edward T. Hall (1976) yang membedakan budaya konteks rendah dengan budaya konteks tinggi. Budaya dengan makna lebih kecil ditentukan oleh konteks karena sebagian besar pesan di-encode dalam bahasa sendiri dinamakan konteks rendah. Dalam budaya konteks rendah pesan-pesan verbal dinilai tinggi serta memiliki spesifikasi yang tinggi serta rinci.
Sementara itu, budaya dengan lebih sedikit dikatakan atau ditulis karena banyaknya makan dalam sebuah lingkungan atau telah dibagikan o leh orang dinamakan dengan konteks tinggi. Dalam budaya konteks tinggi, sangat sedikit pesan-pesan yang dikode secara eksplisit. Budaya konteks tinggi lebih sensitif terhadap pesan-pesan nonverbal dan lebih seperti menyajikan sebuah konteks dan latar belakang. Dalam budaya konteks tinggi, orang membawa lebih dekat dengan pentingnya konteks yang dibagi. Pesan bisa jadi hilang dalam budaya konteks rendah. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall (dalam Quible.
1996:409) membagi konteks budaya menjadi dua tingkat. yaitu budaya konteks tinggi (high context culture) dan budaya konteks rendah (low context culture).
Budaya konteks tinggi (misalnya., Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah (misalnya, Amerika dan Eropa) lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan mudah.
- Konsep wajah
Terkait dengan konsep budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah adalah konsep wajah. Wajah dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, wajah merujuk pada rasa percaya diri terhadap orang lain dalam hal karakter moral. Dan kedua, wajah merujuk pada prestise atau reputasi seseorang yang dicapai dalam hidup. Dalam budaya konteks tinggi seperti China, komunikasi terjalin secara tidak langsung atau implisit dan lebih seperti menggunakan perantara karena harmoni sosial dan pengelolaan wajah adalah krusial.
Komunikasi yang dilakukan melalui perantara dapat mengeliminasi terjadinya konfrontasi tatap muka dan mengurangi resiko kehilangan muka. Terdapat lebih dari negosiasi wajah dan kesamaan wajah atau pengelolaan wajah lainnya. Dalam konteks budaya rendah seperti Amerika Serikat, terdapat lebih dari negosiasi wajah secara langsung dan lebih mengelola wajah sendiri.
Dimensi lintas budaya telah menjadi salah satu faktor penting untuk memahami berbagai macam lingkungan ekomoni dan bisnis. Geert Hofstede (1980) mempublikasikan hasil studinya mengenai berbagai macam dimensi budaya yaitu individualisme, maskulinitas, kekuatan jarak, dan penghindaran ketidakpastian. Konsep ini telah diterapkan ke berbagai macam bidang seperti psikologi lintas budaya, manajemen internasional dan bisnis, komunikasi lintas budaya, dan lain-lain.
- Individualisme dan Kolektivisme
Dimensi ini merujuk pada bagaimana individu memandang atau mendefinisikan dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain dari strukturnya longgar hingga yang terintegrasi dengan kuat. Dalam budaya individualis, minat individu berada di atas minat kolompok. Budaya individualis menekankan pada arahan diri dan pencapaian diri, misalnya adalah Negara Kanada.
Sedangkan, dalam budaya kolektif, minat kelompok berada di atas minat individu. Budaya kolektif menekankan pada kesetiaan pada kelompok dan konformitas, misalnya adalah Indonesia. Dimensi individualisme dan kolektivisme adalah dimensi budaya yang umumnya digunakan sebagai landasan teori dalam berbagai penelitian komunikasi lintas budaya dalam bidang komunikasi, psikologi, dan antropologi
- Maskulinitas dan Feminitas
Hofstede memberikan label sebagai budaya maskulin untuk menggambarkan perbedaan maksimal antara pria dan wanita. Budaya yang menempatkan nilai tinggi pada maskulin memberlakukan tekanan pada keasertifitas, kompetisi, dan sukses materi, misalnya adalah Negara Jepang. Sedangkan label budaya feminin merujuk pada adanya tumpang tindih peran sosial yang dialami oleh wanita. Budaya yang menempatkan nilai tinggi terhadap feminin memberlakukan tekanan pada kualitas hidup, hubungan interpersonal, dan lebih memperhatikan kelemahan, misalnya adalah Negara Norwegia.
Kekuatan jarak mengindikasikan tingkat dimana kekuatan didistribusikan secara seimbang dalam sebuah masyarakat dan derajat penerimaan masyarakat terhadap distribusi tersebut. Budaya dengan kekuatan jarak yang tinggi dan pengaruh terkonsentrasi pada beberapa orang dibandingkan dengan seluruh polpulasi. Negara dengan kekuatan jarak yang tinggi cenderung otoriter dan berkomunikasi dengan interaksi yang terbatas dan penguatan perbedaan diantara orang-orang. Negara dengan kekuatan jarak tinggi misalnya Malaysia, sedangkan Negara dengan kekuatan jarak rendah misalnya Israel.
- Penghindaran Ketidakpastian
Penghindaran ketidakpastian adalah tingkat dimana orang dalam suatu budaya merasa terancam oleh situasi yang tidak dikenal dan diketahui dan merasa membutuhkan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam dunia bisnis, hal ini membuat orang membutuhkan kerja keras karena aturan, presisi, dan puntualitas dinilai. Negara dengan tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi misalnya Yunani dan Negara dengan tingkat penghindaran ketidakpastian rendah misalnya Singapura.
- Orientasi Jangka Panjang dan Orientasi Jangka Pendek
Hofstede berpendapat bahwa dimensi-dimensi budaya dapat digambarkan sebagai pentingnya hubungan dengan masa depan dibandingkan dengan masa lalu dan masa kini. Orientasi jangka panjang merujuk pada individu-individu yang berdedikasi, termotivasi, bertanggung jawab, dan berpendidikan dengan sebuah rasa komitmen dan kesetiaan terhadap identitas organisasi.
Pada orientasi jangka panjang, konsisten dengan penghematan, ketekunan pada hasil, dan keinginan untuk berada pada sisi sub-ordinat bagi sebuah tujuan. Sedangkan dalam orientasi jangka pendek, konsisten dengan pemborosan dan ketekunan pada hasil yang cepat. Negara dengan tingkat orientasi jangka panjang yang tinggi misalnya Tiongkok. Sedangkan, Negara dengan tingkat orientasi jangka pendek misalnya Inggris Raya.
C.Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan
Supartono dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar mengutip pendapat dari Dr. H. Th. Fischer, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebudayaan dan secara garis besar disebut berikut ini :
- Faktor Kitaran Geografis (lingkungan hidup, geografisch milieu)
Faktor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan sesuatu corak budaya sekelompok masyarakat. Dengan kata lain, faktor kitaran geografis merupakan determinisme yang berperan besar dalam pembentukan suatu kebudayaan
- Faktor Induk Bangsa
Ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan Barat dan pandangan Timur. Pandangan Barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan Barat, umumnya tingkat peradaban didasarkan atas ras. Namun, pandangan Timur berpendapat bahwa peranan induk bangsa bukanlah sebagai faktor yang mempengaruhi kebudayaan. Kenyataannya dalam sejarah, budaya Timur sudah lebih dulu lahir dan cukup tinggi justru pada saat bangsa Barat masih “tidur dalam kegelapan”.
- Faktor Saling Kontak Antarbangsa
Hubungan antarbangsa yang semakin mudah akibat sarana penghubung yang semakin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangsa lain. Akibat adanya hubungan antarbangsa ini, dapat atau tidaknya suatu bangsa mempertahankan kebudayaannya tergantung dari pengaruh kebudayaan asing, jika lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan. Sebaliknya, apabila kebudayaan asli lebih lemah dari pada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan asli dan terjadilah budaya jajahan yang sifatnya tiruan (colonial and imitative culture). Namun, dalam kontak antarbangsa ini yang banyak terjadi adalah adanya keseimbangan yang melahirkan budaya campuran (acculturation).
Selain pengaruh luar, masalah waktu sebenarnya juga ikut berperan dalam pembentukan suatu kebudayaan. Bagi manusia modern, lingkungan hidup yang sulit merupakan tantangan (challenge) untuk dicari jawabannya (response) agar kehidupan dapat semakin maju. Jadi mereka bukannya menyerah pada alam, melainkan mau menaklukan alam.
Sedangkan melakukan kontak dengan bangsa lain justru perlu diperhatikan dengan adanya budaya asli, apakah kuat atau lemah. Selain itu, maju mundurnya suatu kebudayaan asli dapat ditinjau dari segi materi atau rohaninya. Kebudayaan Barat yang sekarang dinilai lebih maju, cenderung bersifat materi, sedangkan nilai rohaninya justru mundur. Kebudayaan Timur pada umumnya secara materi belum maju, tetapi secara rohani (spiritual) dinilai lebih tinggi daripada kebudayaan Barat.
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Perkembangan dunia saat ini sangatlah pesat dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi membuat kemajuan di segala bidang, sehingga memungkinkan kita untuk dapat berinteraksi dengan berbagai budaya lain. Interaksi budaya tersebut dapat berlangsung secara tatap muka, media massa, melancong ke mancanegara, mengenyam pendidikan di Negara lain, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.
Fenomena komunikasi berbeda budaya tidak selalu harus berbeda Negara, dalam satu Negara pun dapat ditemukan fenomena komunikasi lintas budaya seperti halnya di Indonesia yang memiliki berbagai suku, yang kemudian melahirkan budaya-budaya yang berbeda. Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi lintas budaya sudah ada sejak pertama kali orang-orang dari budaya yang berbeda saling bertemu
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses menngirim dan menerima pesan bisnis antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan komunikasi yang palimg sulit diatasi. Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayanya tidak mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi.
Menurut Tian Guang dan Trotter (2012), yang dimaksud dengan komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen atau antara konsumen yang berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa, agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup.
Definisi komunikasi lintas budaya yang paling sederhana, menurut Alo Liliweri yakni komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi lintas budaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut :
- Komunikasi lintas budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
- Komunikasi lintas budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.
- Komunikasi lintas budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
- Komunikasi lintas budaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.
- Komunikasi lintas budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk symbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
- Komunikasi lintas budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu
- Komunikasi lintas budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
- Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain.
Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar, para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.
Perusahaan keluarga atau tertutup telah banyak berubah menjadi Perusahaan terbuka. perusahaan lokal dan nasional telah berkembang menjadi Multinational Company (MNC) yang berskala internasional. Misalnya, Unilever, P&G, IBM, dan Coca-Cola membuka cabangnya di berbagai negara atau berafiliasi dengan perusahaan asing. Meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional. Contoh kerja sama perdagangan global adalah WTO. AFTA, dan NAFTA.
Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan budaya asing. Baik berada di negara sendiri maupun di negara asing, tetap ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan seseorang dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Interaksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal maupun ekstenal perusahaan. Dalam komunikasi internal akan terjadi interaksi antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam komunikasi ekstermal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan, pemasok, investor, dan pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah komunikasi, pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.
2.3 Proses Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi bukan hanya dilihat sebagai kegiatan yang menghubungkan antar manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi juga harus dilihat sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui tindakan yang terus diperbaharui. Proses komunikasi terinci dalam rangkaian-rangkaian aktivitas (misalnya dari seorang komunikator, mengirimkan pesan, melalui media, kepada komunikan dengan dampak tertentu) yang
berbeda-beda, namun saling berkaitan, bahkan mungkin rangkaian-rangkaian itu diaktifkan secara bertahap dan berubah sepanjang waktu.
Salah satu karakteristik komunikasi adalah komunikasi sebagai proses, karena komunikasi sangat dinamik, selalu berlangsung dan berubah-ubah. Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya tidak berbeda jauh dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis.
Menurut Wahlstrom, komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik namun masih berada pada tahap rendah.
Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni;
- keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan;
- peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini yang akan dating
- partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu.
Bentuk komunikasi di atas mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Kebudayan merupakan dinamisator “penghidupan” bagi proses komunikasi antarbudaya.
Menurut Koentjaraningrat, ada tujuh buah kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia yang dapat mendokong proses komunikasi antarbudaya yaitu :
- Bahasa
Salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yang merupakan syarat berlangsungnya suatu interaksi adalah pengetahuan tentang bahasa. Bahasa adalah suatu alat yang dipergunakan ataupun dipakai manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam segi bahasa mahasiswa Patani menggunakan bahasa Melayu Pattani, atau dalam bahasa Thailand adalah Yawi atau Jawi, adalah sebuah dialek dari bahasa Melayu yang dituturkan di provinsi paling selatan dari Thailand yang berbatasan dengan Malaysia.
Dialek Melayu Pattani adalah bahasa utama dari grup etnik Melayu Thai. Melayu Pattani adalah dialek Melayu yang paling berbeda, karena lebih terpengaruh oleh bahasa Thai dan juga terisolasi dari tempat bahasa Melayu dituturkan karena dibatasi oleh pegunungan tinggi. Dialek tersebut hampir mirip dengan Bahasa Melayu Kelantan yang
dituturkan di seberang perbatasan. Dialek Kelantan dan Pattani sangat berbeda jauh sampai-sampai rekaman radio dalam bahasa Melayu Standar agak sulit dimengerti. Keduanya juga berbeda dari dialek Bahasa Melayu Terengganu.
- Sistem Ilmu Pengetahuan
Latar belakang pendidikan merupakan suatu hal yang memudahkan proses komunikasi antarbudaya. Jika di Indonesia latar belakang pendidikan masyarakatnya tidak begitu dominan ke pendidikan Islam, berbeda halnya dengan di Patani, pendidikan awal yang masuk ke Patani adalah pendidikan Islam yang berupa pondok pesantren seperti halnya di Indonesia. Meskipun seiring berjalannya waktu pemerintah Patani mulai mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya seperti sekolah-sekolah umum. Sehingga pendidikan pondok pesantren mulai sedikit peminatnya, hal tersebut tidak menjadikan nilai-nilai Islam dalam pendidikan di Patani hilang. Justru dalam sekolah- sekolah formal nilai-nilai Islam tetap diajarkan.
- Organisasi Sosial
Organisasi sosial sebagai wadah pertemuan dan mempersatukan ide-ide mereka diharapkan dapat menghindari konflik yang terjadi di masyarakat.
- Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transport, dan sebagainya).
- Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup lebih terfokus pada jenis pekerjaan manusia untuk bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
- Sistem Kepercayaan
Kepercayaan disini mengaitkan hubungan antara objek yang diyakini individu, dengan sifat-sifat tertentu objek tersebut secara berbeda. Tingkat, derajat, kepercayaan kita menunjukkan pula kedalaman dan isi kepercayaan kita. Jika kita merasa lebih pasti dalam kepercayaan kita ini, lebih besar pula kedalaman dan isi tersebut,karena budaya memainkan peranan penting dalam proses pembentukan kepercayaan. Dalam hal ini, sistem kepercayaan atau agama yang dianut masyarakat Patani adalah mayoritas Islam. Sama halnya dengan di Indonesia, namun di Patani nilai-nilai Islamnya lebih kental dibandingkan dengan di Indonesia.
- Kesenian
Setiap etnis dan suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri mengenai kesenian atau budaya masing-masing. Ciri khas yang amat jelas terlihat dari masyarakat Patani adalah
pakaiannya. Penggunaan jilbab syar‟I, rok, dan juga baju yang panjangnya sampai lutut membuat mahasiswa Patani atau masyarakat Patani mudah dikenali saat di Indonesia. Jika kebanyakan orang Indonesia yang menggunakan jilbab syar‟I pasti memakai gamis, tidak demikian dengan masyarakat Patani.
Selain dari segi pakaian, Indonesia dan Patani juga terdapat perbedaan dalam segi makanan. Masakan orang Indonesia kurang sesuai dengan selera di lidah orang Patani, di Patani umumnya makanan berasa asam dan pedas, sedangkan di Indonesia khususnya Banyumas makanannya lebih condong ke rasa manis dan asin.
2.4 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya
- Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan.
Ada beberapa karakteristik komunikator dalam komunikasi lintas budaya yang dikenalkan oleh Howard Giles dan Arlene Franklyn-Stokes yang pertama adalah latar belakang etnis dan ras, faktor demografis, hingga ke latar belakang sistem politik. Sedangkan William Gudykunst dan Young Yun Kim mengatakan bahwa secara makro perbedaan karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hingga ke arah mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan kebiasaan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kemampuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi.
- Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan/sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator).
Tujuan komunikasi akan tercapai manakala komunikan “menerima” (memahami makna) pesan dari komunikator, dan memperhatikan (attention) yang merupakan proses awal dari seorang komunikan “memulai” mendengarkan pesan, menonton atau membaca pesan tersebut. Serta komunikan menerima pesan secara menyeluruh (comprehension) yang meliputi cara penggambaran pesan secara lengkap sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh komunikan.
- Pesan/symbol
Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol. Simbol adalah
sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu yang semuanya harus dipahami secara konotatif.
Dalam model komunikasi lintas budaya, pesan adalah apa yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan. Setiap pesan sekurang- kurangnya mempunyai dua aspek utama yaitu isi dan perlakuan. Isi pesan meliputi aspek daya tarik pesan. Namun, aspek daya tarik pesan saja belum cukup, sebuah pesan harus mendapatkan perlakuan, perlakuan atas pesan berkaitan dengan penjelasan atau penataan isi pesan oleh komunikator. Pilihan isi dan perlakuan atas pesan tergantung dari keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem kebudayaan.
- Media
Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau symbol yang dikirim melalui media tertulis, media massa (cetak, elektronik). Namun terkadang pesan-pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap muka.
Para ilmuwan sosial menyepakati dua tipe saluran; (1) saluran sensoris meliputi cahaya, bunyi, perabaan, pembauan dan rasa. (2) saluran yang sangat dikenal dan digunakan manusia seperti percakapan tatap muka, material cetakan, dan media elektronik.
- Efek atau umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan kepada komunikator atas pesan-pesan yang telah disampaikan. Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya maka komunikator dan komunikan tidak bisa memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan tersebut.
Dalam kasus komunikasi tatap muka, umpan balik lebih mudah diterima, sehingga reaksi-reaksi verbal dapat diungkapkan secara langsung oleh komunikan, begitu juga dengan reaksi-reaksi pesan non verbal seperti menganggukan kepala tanda setuju maupun menggelengkan kepala tanda tidak setuju dapat dilihat langsung.
- Suasana
Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang- kadang disebut setting of communication, yakni tempat dan waktu serta suasana ketika komunikasi antarbudaya berlangsung. Suasana itu berkaitan dengan waktu yang tepat untuk bertemu/berkomunikasi, sedangkan tempat berpengaruh terhadap kualitas relasi komunikasi antarbudaya.
- Gangguan
Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya.
De Vito (Alo, 2009) menggolongkan tiga macam gangguan,
(1) fisik, berupa intervensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain,
(2) psikologis, intervensi kognitif atau mental,
(3) semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti yang berlainan.
2.5 Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga diarti- kan sebagai konvensi- konvensi kebiasaan, sikap. dan perilaku sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan ber- komunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.
Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan perbedaan dalam aspek – aspek tetentu. setiap manusia menganut budayanya sendiri-sendiri. Budaya memengruhi seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing.
Mengakui dan mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk meninggalkan identitas diri merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.
2.6 Mengenali Perbedaan Budaya
Pada umumnya orang tersebut akan berasumsi mengenai budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budayanya sendiri. perbedaan budaya muncul dalam nilai- nilai sosial, gagasan mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis (Bovee dan Thill, 2003:69).
- Nilai-Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi tindakan seseorang.
- Peran dan Status
Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan. konsep status juga berbeda-beda. misalnya, manajer puncak di Amerika Serikat emiliki ruang kerja khusus. namun di prancis, manajer puncak bekerja diruang terbuka dan dikelilingi para menajer menegah.
- Adat Pembuatan Keputusan
Di amerika serikat dan kanada, pelaku bisnis berusaha memcapai keputusan secepat dan seefisien mungkin. manajer puncak cukup memikirkan hal-hal pokok saja. sedangkan di yunani, mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan tidak dapat di percaya. di pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif tinggi. di sina dan jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. persetujuan harus lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.
- Konsep Mengenai Waktu
Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. waktu yang dierlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup fleskibel.
- Konsep Ruang Pribadi
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. prang kanada dan amerika serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai bisnis. jarak tersebut terlalu dekat bagi orang jerman dan jepang. akan tetapi, bagi orang arab dan amerika latin. jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.
- Konteks Budaya
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall (dalam Quible. 1996:409) membagi konteks budaya menjadi dua tingkat. yaitu budaya konteks tinggi (high context culture) dan budaya konteks rendah (low context culture).
Budaya konteks tinggi (misalnya., Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah (misalnya, Amerika dan Eropa) lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan mudah.
- Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang membingungkan. Namun, bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’, orang Amerika Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk, orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat dagunya.
Ucapan selamat datang disampaikan oleh orang Indonesia dengan cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan lidah merupakan suatu ejekan.
- Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangstung lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan sebagai penolakan. Sementara di Perancis, orang lebih suka berjabatan tangan hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan keramahtamahan dalam bentuk apapun.
- Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kehiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal, dan tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri di mana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah hingga terbukti menang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap bersalah hingga bisa mem- buktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.
- Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusahan dan pekerjaan yang dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya benturan budaya perusahaan.
2.7 Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
Hambatan komunikasi dalam komunikasi lintas budaya mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam didalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline).
Faktor-faktor hambatan komunikasi lintas budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.
Terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi lintas budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik, hambatan-hambatan tersebut adalah
1. Fisik (Physical). Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik
2. Budaya (Cultural). Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya
3. Persepsi (Perceptual). Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda- beda
4. Motivasi (Motivational). Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi
5. Pengalaman (Experiantial). Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu
6. Emosi (Emotional). Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui
7. Bahasa (Linguistic). Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan
8. Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition). Hambatan semacam ini muncul apabila menerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal.
Menurut R. Delecta Jenifer dan Dr. G.P. Raman (2015), terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi bisnis lintas budaya yaitu sebagai berikut :
- Kesalahpahaman
Kesalahpahaman adalah hambatan komunikasi bisnis lintas budaya terbesar. Kesalahpahaman dapat terjadi di antara orang-orang dengan latar belakang budaya dengan beragam kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut masing-masing. Adanya perbedaan budaya dapat menimbulkan kecemasan serta ketidakpastian untuk mengakhiri kesalahpahaman yang terjadi. Kesalahpahaman yang terus berkembang dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian dalam berbagai aspek. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
- Norma-norma dan Peranan
Norma dapat diartikan sebagai berbagai aturan untuk menentukan apakah suatu perilaku dapat diterima dan sesuai dengan budaya. Masing-masing budaya memiliki seperangkat norma dan memiliki seperangkat perilaku yang sesuai atau dapat diterima. Mereka yang bekerja dalam lingkungan multikultur selalu gagal untuk memahami berbagai norma dari budaya lain. Hal ini tentunya dapat mengganggu proses komunikasi serta menimbulkan rasa cemas.
- Kepercayaan dan Nilai-nilai
Kepercayaan serta nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing orang sangatlah berbeda tergantung latar belakang budaya. Kepercayaan serta nilai-nilai lintas budaya yang berlaku hendaknya diketahui oleh masing-masing orang agar terjalin komunikasi yang efektif.
- Stereotype
Sterotipe merupakan penilaian tentang seseorang. Infromasi yang kurang valid tentang seseorang dapat menimbulkan kesalahan pemilihan dalam komunikasi bisnis lintas budaya. Stereotipe budaya yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya rasa cemas. Stereotipe adalah faktor utama terjadinya perbedaan pendapat tentang budaya orang lain sehingga menimbulkan miskomunikasi.
2.8 Menghadapi Reaksi Etnosentris
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang elompok lain lebih rendah (Bovee dan Thill, 2003:78), semakin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya semakin dekat mereka dengan kelompok tersebut. Orang yang etnosentris sering berpandangan streotipe, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.
Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar permasalahan resialisme apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal karena adanya ketersinggungan. untuk menghindari reaksi etnosentris dapat dpiergunakan beberapa cara berikut (Haryani, 2001:69)
- Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada budaya inferior dan superior, selain itu tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang benar. Pelaku komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk kelompok sendiri
- Menerapkan kaidah emasKaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cara itu relative muda dilakukan karena tidak perlu dilakukan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.
- Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relative lebih sulit dari kaidah emas karena harus memahami nilainilai yang dianut orang lain.
D. Psikologi Industri dan Organisasi
a. Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Industri dan organisasi merupakan penerapan ilmu psikologi dalam bidang pekerjaan. Istilah Psikologi Industri dan Organisasi memiliki arti dari Industrial and Organizational Psychology. Lebih luas, industri juga mencakup makna pengertian mengenai perusahaan (Munandar, 2014). Psikologi Industri dan Organisasi adalah suatu studi ilmiah tentang perilaku, kognisi, emosi, dan motivasi serta proses mental manusia yang ada dalam industri/organisasi yang berorientasi pada sistem kegiatan yang terkoordinasi dari suatu kelompok orang yang bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan yang sama di bawah otoritas dan kepemimpinan tertentu (Wijono, 2010).
Menurut Muchinsky (1993; Marliani, 2015), psikologi industri dan organisasi adalah studi tentang hubungan antara manusia dan dunia kerja, yang mencakup penelitian pada manusia tentang tujuan individu bekerja, orang-orang yang ditemuinya, dan pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara menurut Naylor (1986; Marliani, 2015) psikologi industri organisasi adalah penerapan yang sederhana atau pendalaman dari fakta dan prinsip psikologis yang berkaitan dengan manusia dalam lingkup bisnis dan industri.
b. Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi
1. Awal Perkembangan dan Penerapan Psikologi Industri
Berkembanganya psikologi industri dan organisasi diawali dengan adanya penerapan psikologi industri yang dimulai pada permulaan abad ke 20. Salah satu tokoh yang menerapkan psikologi dalam industri adalah Walter Dill Scott pada tahun 1901 yang mengungkapkan tentang kemungkinan penggunaan psikologi dalam periklanan. Pada tahun 1903 Walter Dill Scott menerbitkan bukunya yang
berjudul, The Theory of Advertising. Buku ini dianggap sebagai buku pertama yang membahas psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja (Marliani, 2015).
Beberapa tahun kemudian yakni pada tahun 1913 terbit buku lain dengan judul “the psychology of industrial efficiency” yang ditulis oleh Hugo Munsterberg. Buku ini membahas psikologi industri secara lebih luas (Marliani, 2015). Munsterberg (1913; Schultz dan Schultz, 2014) berpendapat, cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas, dan kepuasan adalah dengan memilih para pekerja untuk posisi-posisi yang sesuai dengan kemampuan emosional dan mental mereka. Kemungkinan penerapan psikologi umum dalam perusahaan terjadi pada permulaan abad ke 20, namun dikenal penerapan dan perkembangannya yang pesat baru dimulai dalam dekade 1920 (Marliani, 2015).
Tokoh lainnya yang ikut menerapkan psikologi industri dan organisasi adalah Frederic, Winslow Taylor, yang melakukan gerakan scientific management. Gerakan ini bertujuan untuk menemukan langkah-langkah yang paling efisien dalam melaksanakan suatu pekerjaan serta membuat berbagai macam alat mekanik yang disesuaikan dengan struktur faal badan dan anggota badan manusia. Saat itu para sarjana mulai melakukan eksperimen bersama para teknik industri untuk mengerjakan objek studi yang baru, yaitu kesesuaian dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja, dan proses kerja dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikis dari manusia sebagai karyawan (Marliani, 2015). Manajemen ilmiah merupakan filosofi manajemen yang menekankan bahwa pekerja adalah sebuah mesin yang bekerja dengan baik dan menentukan metode yang paling efisien untuk melakukan semua tugas yang berhubungan dengan pekerjaan (King, 2014). Taylor (1911 ; King, 2014) mengeluarkan panduan yang berpengaruh hingga sekarang, yakni :
- Pekerjaan harus dianalisis dengan seksama untuk mengidentifikasi cara yang paling optimal mengenai bagaimana melakukan pekerjaan tersebut.
- Pekerja harus direkrut berdasarkan karakteristik-karakteristik yang diasosiasikan dengan keberhasilan melakukan suatu tugas. Karakteristik ini harus diidentifikasi dengan meneliti orang-orang yang sudah berhasil dalam pekerjaan tersebut.
- Pekerja harus dilatih mengenai pekerjaan yang akan mereka kerjakan.
- Pekerja harus diberi imbalan atas produktivitasnya untuk mendorong tingkat kinerja yang tinggi.
2. Psikologi Industri dan Organisasi menjadi Ilmu
Hasil perkembangan psikologi umum, psikologi eksperimen dan psikologi khusus inilah yang menciptakan psikologi industri dan organisasi. Penerapannya secara luas bidang psikologi industri berlangsung sekitar sekitar tahun 1930-an. Sejak perang dunia II, psikologi industri dan organisasi baru menjadi ilmu mandiri dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Melaksanakan penelitian ilmiah dalam kaitannya dengan perilaku manusia dalam organisasi dan organisasi itu sendiri.
- Mengembangkan teori-teori dan menguji kebenarannya.
- Menerapkan penemuan-penemuan baru (Marliani, 2015).
Dengan kegiatan tersebut, psikologi industri dan organisasi merupakan keseluruhan pengetahuan yang berisi fakta, aturan, dan prinsip tentang perilaku manusia dalam bidang pekerjaan. Hingga Perang Dunia II, psikologi industri dan organisasi merupakan cabang psikologi yang menerapkan ilmu psikologi. Kegiatan utama psikologi industri pada saat itu (belum ada tambahan psikologi organisasi) adalah menerapkan metode, fakta, dan prinsip-prinsip dari psikologi pada manusia sebagai tenaga kerja (Marliani, 2015). Meskipun sasaran PIO adalah meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pegawai, namun ada dua pendekatan terhadap bagaimana tujuan itu bisa dicapai. Pendekatan industry berfokus pada menentukan kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan, mengisi organisasi dengan pegawai yang memiliki kompetensi itu (staffing) dan meningkatkan kompetensi melalui pelatihan. Di sisi lain, pendekatan organisasi menciptakan struktur dan budaya organisasi yang memotivasi karyawan berkinerja baik, memberi mereka informasi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya, dan menyediakan kondisi kerja yang aman dan menghasilkan lingkungan kerja yang menyenangkan dan memuaskan (Kaswan, 2017)
E. Hubungan Psikologi Industri dan Organisasi Dengan Komunikasi
Psikologi dan Komunikasi memiliki keterkaitan antara satu sama lain karena keduanya sama-sama melibatkan manusia. komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara manusia, sementara psikologi merupakan tingkah laku yang ditunjukkan oleh manusia. Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran informasi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Psikologi berperan menganalisis komponen yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Psikologi mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku manusia ketika berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, psikologi juga mengupas tuntas seluruh komponen-komponen komunikasi yang terlibat dalam proses komunikasi seperti komunikan atau komunikator, komunikator, pesan, media atau saluran komunikasi, efek komunikasi, serta hambatan-hambatan komunikasi.
Psikologi juga menganalisa komunikasi antar individu, mengkaji berbagai lambang yang diberikan, mengkaji proses pengungkapan pikiran menjadi lambang, pengaruh lambang terhadap perilaku manusia, proses penerimaan pesan dan menganalisa faktor-faktor situasional dan personal yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.
Salah seorang tokoh psikologi behaviorisme yaitu A. Fisher menyatakan empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu penerimaan stimuli secara indrawi, proses yang mengantarai stimulus dan respon, prediksi respon, dan peneguhan respon. Keempat pendekatan tersebut sekaligus menjelaskan cakupan psikologi dalam komunikasi secara tidak langsung. Cakupan psikologi dalam komunikasi dinyatakan oleh G. A Miller melalui rumusan definisi psikologi komunikasi. Menurutnya, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Yang dimaksud dengan peristiwa mental adalah mediasi stimulus internal sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Sedangkan yang dimaksud dengan peristiwa behavioral adalah apa yang tampak ketika orang berkomunikasi.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa psikologi memandang komunikasi sebagai perilaku individu komunikan atau komunikate ketika berkomunikasi dan sebagai sebuah proses komunikasi yang melibatkan berbagai komponen-komponen komunikasi. Karena itu, hubungan psikologi dalam komunikasi terkait dengan berbagai komponen-komponen komunikasi dalam proses komunikasi. Hubungan psikologi dalam komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komunikan atau komunikate
Manusia komunikan atau komunikate adalah salah satu unsur komunikasi yang menjadi fokus utama dalam psikologi komunikasi. Menurut sudut pandang psikologi, komunikan atau komunikate memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai konsepsi tentang manusia. Dalam psikologi, terdapat
empat konsep tentang manusia yaitu manusia berkeinginan (psikoanalisis), manusia berpikir (psikologi kognitif), manusia mesin (behaviorisme), dan manusia bermain (humanistis).
Perbedaan 4 konsep karakteristik komunikan dalam psikologi komunikasi tersebut melatarbelakangi berbagai teori komunikasi yang telah kita pahami misalnya teori jarum hipodermik (behaviorisme), teori pengolahan informasi (psikoanalisis), dan beberapa teori komunikasi interpersonal (humanistis).
Selain konsep tentang manusia komunikan atau komunikate, psikologi juga berusaha menjelaskan berbagai konsep yang terkait dengan cara-cara komunikasi merubah perilaku komunikan atau komunikate dan berbagai alasan tidak terjadinya perubahan perilaku pada komunikan atau komunikate. Konsep-konsep yang dimaksud adalah persepsi selektif, perhatian selektif, dan retensi selektif.
2. Komunikator
Hubungan psikologi dalam komunikasi selanjutnya terkait dengan komunikator. Ketika manusia berkomunikasi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu apa yang dikatakan oleh komunikator dan karakter komunikator. Bagi komunikan atau komunikate, terkadang karakter komunikator lebih penting dibandingkan apa yang dikatakan oleh komunikator.
Karakter komunikator ini sering disebut dengan ethos yang terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan komunikator. Ethos ini berkaitan erat dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkan. Selain ethos, faktor-faktor lain yang mempengaruhi karakter komunikator adalah kemampuannya berkomunikasi dengan komunikan atau komunikate, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya ia berasal.
3. Produksi Pesan
Setiap individu yang berkomunikasi memiliki tujuan untuk mencapai sejumlah kepuasan seperti kesenangan, kasih sayang, inklusi, pelarian, relaksasi, dan kontrol. Tujuan pesan komunikasi menentukan teknik komunikasi yang akan digunakan. Terkait dengan produksi pesan, psikologi menjelaskan cara-cara menyusun pesan agar dapat menyentuh sisi psikologis komunikan atau komunikate. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang produksi pesan, dapat dilihat kembali artikel bertajuk teori produksi pesan yang dikemukakan oleh para ahli.
4. Hubungan, Koneksi, dan Interaksi
Salah satu tanda komunikasi yang efektif adalah semakin membaiknya hubungan sosial yang dijalin antara partisipan komunikasi. Hubungan sosial yang baik hanya dapat
dicapai apabila kebutuhan sosial terpenuhi. Yang dimaksud dengan kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkembangkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta serta kasih sayang.
Kebutuhan sosial hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Tidak terpenuhinya kebutuhan sosial dapat menyebabkan alienasi, kesepian, dan kehilangan keakraban.
5. Proses Pengiriman Pesan
Komunikasi dapat dikatakan berlangsung secara efektif manakala terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan atau komunikate. Proses ini diawali dengan proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh komunikator. Komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan atau komunikate. Dalam artian, komunikator memformulasikan pikiran dan/atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan atau komunikate.
6. Proses Penerimaan Pesan
Setelah pesan dikirimkan oleh komunikator, pesan tersebut kemudian di-decode oleh komunikan atau komunikate. Dalam artian, komunikan atau komunikate menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan/atau perasaan komunikator dalam konteks pengertiannya. Dalam proses penerimaan pesan ini, komunikan atau komunikate berperan sebagai decoder.
7. Proses Pengolahan Pesan
Dalam psikologi, proses pengolahan pesan terkait dengan neuroscience. Sedangkan, dalam studi komunikasi, neuroscience sebagian besar digunakan untuk mempelajari proses pengolahan pesan persuasif dan kaitannya dengan perubahan perilaku. Beberapa teori yang menjelaskan proses pengolahan pesan adalah teori disonansi kognitif, teori tindakan beralasan, teori penilaian sosial, elaboration likelihood model, teori integrasi, dan teori inokulasi.
8. Media Komunikasi
Media adalah adalah salah satu bagian terbesar dan amat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Menurut sudut pandang psikologi, terdapat kaitan erat antara media dan perilaku manusia. Hal ini terjadi pada manusia sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
Para ahli psikologi telah mengkaji bagaimana manusia berinteraksi dengan media dan dengan individu lainnya karena adanya pengaruh media. Kajian ini dapat digunakan
untuk menentukan bagaimana media mempengaruhi kita dan bagaimana kita memandang elemen media tertentu, menentukan apa yang bisa diubah oleh media untuk memberi kita pengalaman yang lebih menyenangkan.
9. Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori berperan penting dalam mempengaruhi persepsi dan berpikir manusia. Bidang psikologi yang terkait dengan memori adalah psikologi kognitif yang memandang manusia sebagai pengolah informasi. Dalam perspektif psikologi, istilah memori melingkupi tiga aspek dalam proses pengolahan informasi yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Untuk memahami proses memori, dapat dilihat kembali artikel bertajuk teori pengolahan informasi.
10. Sinyal, Tanda, dan Lambang
Seluruh sistem komunikasi, seperti misalnya sistem komunikasi intrapersonal, sistem komunikasi interpersonal, sistem komunikasi kelompok, maupun sistem komunikasi massa, berjalan dengan prinsip yang sama yaitu sumber mengirimkan sinyal-sinyal pesan ke tujuan. Dengan kata lain, komunikasi terjadi ketika sinyal-sinyal membawa informasi dari sumber atau pengirim pesan ke tujuan atau penerima pesan. Dalam sistem komunikasi terdapat dua macam sinyal yang digunakan yaitu tanda dan simbol. Tanda umumnya terkait dengan pesan yang dikirimkan sedangkan simbol merupakan hasil dari konvensi sosial.
11. Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal dalam sistem komunikasi nonverbal yang sangat penting dalam interaksi sosial. Apakah interaksi melibatkan percakapan atau sekedar berbagai kehadiran bersama, orang secara konstan memberikan informasi kepada orang-orang di sekitar mereka melalui penampilan dan perilaku nonverbal. Pesan nonverbal sangat terkait dengan pesan nonverbal karena pesan nonverbal memiliki beberapa fungsi seperti repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Menurut perspektif psikologi, pesan nonverbal berperan besar dalam perilaku komunikasi.
12. Bahasa
Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa karena bahasa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, dan lain-lain. Tanpa bahasa, hasil pemikiran yang baik tidak dapat dikomunikasikan kepada orang yang tepat. Untuk itu, komunikator harus mampu menyamakan kerangka konseptual dan sistem kepercayaan dengan komunikan atau komunikate sebelum menyampaikan gagasan. Terkait dengan hal ini, psikologi mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah
menjadi pesan dalam lambang yang diterima secara kultural dan bagaimana sinyal-sinyal ini kemudian diubah menjadi penafsiran komunikate atau komunikan.
13. Stimuli
Dalam psikologi, stimuli adalah obyek atau kejadian yang menimbulkan respon atau tanggapan sensorik atau perilaku dalam suatu organisme. Psikologi menganalisis bagaimana sebuah stimulus dapat menimbulkan respon pada individu. Salah satu aliran psikologi yakni psikologi behaviorisme memandang komunikasi dalam hal hubungan stimulus respon antara komunikator dan komunikan atau komunikate.
14. Tujuan Komunikasi
Komunikasi adalah proses mempengaruhi orang lain. Proses komunikasi selalu mengakibatkan efek komunikasi yakni terjadinya perubahan sikap dan perubahan perilaku pada diri komunikan atau komunikate. Komunikasi yang ditujukan unuk mempengaruhi orang lain disebut dengan komunikasi persuasif yang sangat berkaitan erat dengan psikologi. Persuasif dimaknai sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang melalui pendekatan psikologis.
15. Pengaruh Budaya
Salah satu ranah umum dalam psikologi dan komunikasi adalah studi tentang pengaruh-pengaruh budaya terhadap pembentukan identitas dan interaksi sosial. Psikologi memiliki tradisi menyelidiki perbedaan budaya dalam kaitannya dengan bagaimana fungsi-fungsi pikiran manusia.
Para ahli psikologi menekankan pada bagaimana budaya membentuk pikiran dengan membandingkan secara langsung orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Sebaliknya, para peneliti komunikasi merumuskan teori dan menyelidiki beragam tindak ekspresi dan proses interaksi budaya.
16. Teknologi Komunikasi
Semakin cepatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan berbagai peralatan teknologi komunikasi dan informasi yang kita gunakan di era globalisasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat cepat turut memberikan kontribusi terhadap perubahan penggunaan media untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Beberapa peneliti dalam bidang komunikasi, psikologi, dan bidang ilmu lainnya telah mencoba untuk melakukan kajian untuk menemukan aspek-aspek psikologi manusia ketika berinteraksi dengan menggunakan teknologi komunikasi.
17. Kesamaan Makna
Komunikasi hanya dapat terjadi manakala masing-masing partisipan komunikasi memiliki makna yang sama yang berujung pada memiliki pengalaman yang sama. Menurut sudut pandang psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata tetapi pada persepsi atau pikiran orang. Makna terbentuk karena pengalaman individu. Berdasarkan teori classical conditioning, makna diperoleh karena asosiasi antara stimulus asal dengan stimulus yang terkondisikan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan melihat perkembangan atau trend yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara individu. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.
Dengan mempelajari komunikasi bisnis lintas budaya, kita dapat mengetahui serta memahami berbagai pengertian tentang budaya serta perbedaan budaya, komunikasi bisnis lintas budaya, hambatan-hambatan dalam komunikasi bisnis lintas budaya dan cara mengatasiny
Komunikasi merupakan nafas dari keberlangsungan sebuah organisasi. Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi. Hal tersebut yang melatarbelakangi studi mengenai komunikasi organisasi. Dimana komunikasi organisasi sendiri merupakan suatu jaringan komunikasi antar manusia yang saling bergantung satu sama lainya dalam konteks organisasi.
Dalam sebuah organisasi didalamnya terdiri atas orang-orang (organ) yang memiliki tugas masing-masing serta saling berkaitan satu sama lain sebagai suatu sistem tentu memerlukan komunikasi yang baik agar kinerja oraganisasi berjalan dengan baik pula. Sehingga apa yang menjadi tujuanya dapat tercapai.
Sebagaimana dijelskan diawal kehidupan kita tak dapat dipisahkan dari sebuah organisasi. oleh karenanya penting bagi kita untuk mempelajari komunikasi organisasi. Dengan mempelajari studi ini, kita menjadi paham posisi kita dalam sebuah organisasi baik formal dalam pekerjaan maupun dilingkungan masyarakat.
Dengan pemahaman yang kita miliki, harapannya kita mampu menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan baik dalam organisasi tersebut. Bagaimana kita bertindak dan bersikap dengan atasan maupun dengan bawahan juga dengan anggota organisasi yang lain akan menjadi lebih baik saat kita mengetahui teorinya.
Terlebih bilamana kita menjadi seorang pemimpin dalam organisasi, dengan mempelajari studi komunikasi organisasi, kita menjadi paham bagaimana menjalankan kepemimpinan yang baik guna mencapai tujuan organisasi.
Demikianlah uraian singkat tentang komunikasi bisnis lintas budaya. Semoga menambah pengetahuan serta wawasan kita mengenai seluk beluk komunikasi bisnis lintas budaya dan dapat menerapkannya dalam dunia kerja atau bisnis.
3.2 Saran
Hendaknya para pelaku bisnis dan masyarakat umum mau mempelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik itu budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Djoko, 2011. Komunikasi Bisnis, Jakarta:Erlangga Dewi,Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Rosda Karya.
Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Kustini, Henny. 2017. Communication Skill. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Liliweri, Alo. 2001. Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, Deddy. 2002. Komunikasi Jenaka: Parade Anekdot, Humor & Pengalaman Konyol. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Efrita, Neni. 2013. “Proses dan Iklim Komunikasi Antarbudaya”. Vol. 4, No. 8. Diambil dari http:// www. Academia .edu /28523748 /Proses_ dan_ Iklim_ Komunikasi_Antarbudaya diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
Kaswan. (2017). Psikologi Industri dan Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Marliani, Rosleny. (2015). Psikologi Industri dan Organisasi. Bandung: CV. Pustaka Setia
King, Laura A. (2014). Psikologi Umum: Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Munandar, Ashar Sunyoto. (2014). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pre
Penulis : Dhiya Ul Haqqi., S. Psi., M.si
-
Guitar Rig adalah paket perangkat lunak pemodelan amp dan efek yang dikembangkan oleh Native Instruments . Perangkat lunak ini dapat berfu...
-
Assallamualaikum sahabat blogger, pada pertemuan kali ini saya akan posting kode Aktivasi GAMELOFT yang ada pada Handphone Nokia 105 RM-1134...
-
Cara merestart komputer dengan proses warm booting adalah : 1. Dengan melakukan restart pada saat komputer sudah menyala,restart disini dapa...