Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu hai agam inong selamat datang di blog district computer, Saat akhir pekan merupakan momen bersantai paling dinanti setiap orang, untuk menikmati sejumlah film favorit yang ga kalah seru pastinya.
Disini district computer coba me review sebuah film aksi terbaru yang release pada tahun 2020 berjudul "Project Power" yang akan mengisi hari libur anda lebih serudengan aksi-aksi difilm ini.
Pasti banyak dari kamu seperti penulis, langsung “kebelet” ingin menonton Project Power seketika menyaksikan trailer nya bulan lalu. Dan pastinya, kini kamu juga sudah gak sabar untuk membaca review film Project Power ini.
Wajarlah. Karena film arahan Henry Joost & Ariel Schulman ini memiliki premis kisah yang sangat intriguing.
Bayangkan apabila kita menenggak pil yang bisa memberikan kita kekuatan super selama 5 menit ini dan uniknya, kekuatan yang didapat bersifat random atau secara acak.
Nah masalahnya sekarang, apakah premis tersebut bisa disampaikan dengan baik oleh keduanya di film ini? Yuk mari kita simak review Project Power berikut ini.
tapi sebelum masuk ke pembahasannya kita ingatin lagi bahwa blog ini berisi spoilert konten.
Film Project Power berlatar di New Orleans, Louisiana, A.S masa depan. Namun “unik”-nya, walaupun disebut berlatar di masa depan, tampilan keadaannya sama dengan seperti sekarang ini.
Kehidupan yang umum-umum ini saja, tiba-tiba menjadi kacau ketika seorang kreator sekaligus supplier, Biggie yang diperankan (Rodrigo Santoro), menciptakan sekaligus memperjual belikan pil yang bisa memberikan kekuatan super ke konsumennya.
Dan Uniknya, kekuatan super yang didapat bersifat acak (random). Singkat kata, pil inipun digunakan oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab untuk berbuat kekacauan atau tindakan kriminal untuk dirinya sendiri. Namun di saat yang sama, pil ini juga digunakan oleh mereka-mereka yang orang baik-baik. Tentunya digunakan untuk menolong orang lain bak superhero.
Dan dua pria baik-baik yang mengkonsumsi pil-nya untuk kebaikan tersebut, adalah Polisi setempat, Frank Shaver yang diperankan oleh (Joseph Gordon-Levitt), dan sosok ayah yang melakukan aksi vigilante untuk menyelamatkan putri kandungnya yang diculik oleh perusahaan pembuat pil-nya, Art aka The Major yang diperankan oleh (Jamie Foxx).
Shaver yang awalnya tidak terlibat dengan aksi yang dilakukan Art, secara perlahan menjadi terlibat. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki hubungan kedekatan dengan siswi SMA yang juga dealer dari pil-nya, Robin Reilly yang diperankan oleh (Dominique Fishback). Dan dari sini, bisa ditebak semuanya menjadi lebih kompleks lagi dan lebih seru lagi.
Ya, kompleks dan seru, Dua atribut inilah yang memang terlihat di Project Power. Tapi justru ke-kompleksan ini jugalah yang menjadi nilai minus filmnya.
Maksudnya disini, film ini memang tetap menampilkan premis yang dijanjikan. Dan memang dibumbui dengan ke-kompleksan kisah dan motif Art. Namun sayang, sutradara film ini Joost dan Schulman dalam menggabungkan keduanya, menjadi terlihat kewalahan.
Alhasil, adalah kisah Art-lah yang lebih dominan. Belum lagi ditambah fokus kisah latar dari Robin & Shaver. Jadinya, premis orisinilnya hanya terasa sebagai premis “pemanis” saja. Dan apabila premis utama yang dijanjikan malah, menjadi premis pendukung, maka bisa dipastikan film-nya akan bermasalah.
Seperti yang dikatakan, plot latar karakter-larakter film-nya, justru jauh lebih kuat daripada premis yang dijanjikan. Tapi ironisnya, walau sudah demikian, aspek ini juga belum maksimal. Gokil gak tuh guys?
Oke kisah latar Art menjadi fokus. Dan filmnya melakukan tugas yang baik dalam aspek ini. Tapi untuk fokus penceritaan latar Frank & Robin? Sayangnya tidak mendapatkan porsi yang seimbang. Sejarusnya ya semuanya imbang bukan? Bisa dikatakan untuk Robin, lumayan lah. Tapi tetap saja masih terasa kurang maksimal.
Untung saja ketidakmaksimalan pendalaman karakter Robin dan Frank, tertutupi oleh performa gemilang Gordon-Levitt dan Fishback. Keduanay seperti Foxx, benar-benar masterful dalam memaksimalkan potensi karakter mereka. Dia adalah Fishback yang mencuri pertunjukannya.
pemeran Kenya pada film The Hate U Give (2018) ini benar-benar tampil total namun kerenya, tetap terlihat natural dan karismatik. Bisa dikatakan peran Robin-nya ini akan menjadikannya sebagai bintang muda keren Hollyood dalam beberapa tahun mendatang.
Sedangkan untuk Gordon-Levitt apalagi Foxx, sepertinya gak perlu ditanya lagi bukan? Apapun atau seberapa buruknay treatment karakternya, keduanya bisa saja menemukan cara untuk membuat karakternya terlihat super maksimal.
Dikarenakan film ini esensi-nya adalah film superhero, wajar banget jika banyak dari kita yang berharap agar tampilan efek-efek CGi dan pemandangan kehancurannya benar-benar badass.
Namun pada akhirnya menurut penulis, CGi yang ditampilkan dalam film ini hanya “general” saja. Seperti kebanyakan Cgi trabsformasi seseorang menjadi superhero atau tiba-tiba mendapatkan sebuah kekuatan. Tapi bukan berarti buruk ya.
Tampilan aksi dan latar lokasinya pun oke-oke saja. Tapi ya tidak ada masalah dan sangat dimaklumi. Mengingat film ini merupakan produksi Netflix alias mid-budget atau bahkan low-mid budget. Apabila Project Power adalah film layar lebar, baru deh efek yang ditampilkan di filmnya ini gak keren banget.
Itulah tadi review Project Power nya. Kesimpulannya, seperti yang sudah dikatakan di awal, film ini memiliki premis kisah yang langsung membuat hype gila-gilaan. Tapi sayang pada akhirnya, film berdurasi 114 menit ini, berakhir cukup mengecewakan.
Jujur, kami bingung. Durasinya padahal hampir 2 jam loh. Tapi kenapa masih kewalahan untuk menyeimbangkan antara premis yang dijanjikan dengan premis pemanis-nya? Dan jujur saja gara-gara ini, kita serasa seperti menyaksikan seri police procedural seperti: Law & Order, CSI, NCIS, dan sejenisnya.
Namun bedanya seri tersebut, kini memiliki twist dimana karakternya memiliki kekuatan super. Walau demikian, Project Power tetaplah menghibur. Cuma sekali lagi sayang saja, penyampaian konsep kisah utamanya benar-benar ribet.
Bagi kalian yang belum menyaksikan, langsung saja cek akun resmi Netflix kamu. Karena filmnya terlah dirilis di layanan streaming sejuta umat tersebut sejak 14 Agustus 2020 lalu.
Sumber : Media Skeygrid